Rabu, 21 November 2012

Kualitas Mencerminkan Hasil


Growing Up Plan 2
Kualitas Mencerminkan Hasil
Selasa, 20 November 2012
“Beri aku 1000 orang tua, niscaya kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” demikian pesan Bung Karno,
proklamator RI sekaligus pahlawan nasional kepada para pemuda. Ini menunjukkan betapa kualitas pemuda sangatlah bagus dan bermutu. Dibandingkan para orang tua pemuda cenderung lebih gesit dan lincah dalam bergerak. Ditambah pemikiran yang original dan membangun mereka dianggap mampu memperbaiki sebuah negeri.
Seperti saat membuat tulisan ini posisi saya adalah seorang pemuda yang masih berusia dua puluhan tahun. Di luar sana mereka yang berusia muda seperti ini telah memiliki banyak karya yang luar biasa. Sejarah pun sudah berbicara untuk membuktikan bahwa pemuda sangat berperan dalam pencapaian kemerdekaan negeri ini. Semangat mereka berjuang untuk lepas dari penjajahan mampu menggerakkan seluruh negeri melawan para penjajah. Merdeka! Itulah yang didapatkan. Kemerdekaan yang mampu melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang menyengsarakan, memiskinkan, dan membodohkan.
Pada usia saya yang masih muda ini saya kembali bertanya, apa yang sudah saya perbuat untuk orang lain dan negeri ini? Saat ini saya menjadi seorang pendidik pada Madrasah Ibtidayah di sebuah desa yang tenang. MI Tarbiyatul Ulum, Jembrak, Kec. Pabelan, Kab, Semarang, Jawa Tengah. Di sana saya mengabdi dengan berbagai kemampuan yang saya miliki. Kemampuan dan keterampilan yang saya dapatkan dari perkuliahan dan yang pasti sebuah organisasi yang mendidik saya menjadi “orang” yaitu Pramuka.
Berbekal itulah mulai saya abdikan diri di dunia pendidikan sebagai guru wiayata bakti. Jika mengharapkan gaji besar bukan disinilah tempatnya. Saya belajar menjadi guru yang baik, menarik, inovatif, dan pandai. Tujuannya agar siswa nyaman ketika belajar dengan saya. Tanpa ada rasa takut, tertekan, dan tegang namun tetap menghormati guru. Pembelajaran dengan model tradisional coba saya kikis pada saat pelajaran saya.
Meskipun belum sempurna penguasaan cara mengajar saya dengan berbagai metode baru selain ceramah, kini anak-anak mulai tertarik dan nyaman ketika belajar dengan saya. Bahkan semua kelas meminta saya untuk setiap hari diajar. “Pak, nanti ajar ya!” kata-kata ini sering terdengar jika anak-anak bertemu dengan saya. Saya sendiri pun kadang merasa kewalahan menuruti mereka. Karena jujur saja saya belum begitu meguasai cara mengajar yang baik. Di kelas rendah saya lebih sering kurang bisa menguasai kelas. Seperti di kelas I misalnya saya lebih sering membiarkan anak belajar dengan gaya mereka masing-masing dan cenderung ramai. Di kelas II dan III cukup bisa mengkodisikan meskipun kadang juga ramai.
Belajar dengan metode ini sudah mulai terlihat hasilnya. Anak-anak secara emosional sudah bisa dekat dengan saya. Mereka meminta pada hampir semua pelajaran ingin saya yang mengajar. Seperti pelajaran PJOK, SBK, Bahasa Inggris, dan IPA. Namun saya hanya melaksanakan tugas sesuai dengan SK Kepala Madrasah yang diberikan pada saya. Saya mau-mau saja jika diminta untuk mengajar mata pelajaran tadi.
Saya selalu berharap pada suatu saat nanti saya bisa menjadi guru yang professional namun menarik. Guru yang penuh dengan prestasi namun tetap rendah hati dan berwibawa. Harapan ini akan terwujud ketika saya terus belajar dan terus memperbaiki diri dan cara saya mengajar. Berangkat lebih pagi. Membuat media pembelajaran. Belajar metode mengajar yang baru. Pulang lebih akhir. Kurang lebih itulah yang baru saya lakukan.
Lain halnya dengan guru-guru yang hanya sebatas mengajar tanpa berfkir akan menjadi seperti apa dan bagaimana siswanya. Berangkat sesuka hati, hanya dengan model ceramah, tanpa media pembelajaran. Bisa kita lihat sendiri akan seperti apa hasilnya nanti. Masuk jam 07.00 namun berangkat 07.30 bahkan lebih. Akan seperti apa nanti siswa-siswanya jika gurunya saja terlambat? Hal seperti ini sudah tidak bisa “digugu dan ditiru” lagi oleh siswa. Guru kok telatan. Bahkan ada guru yang bolos karena ada pekerjaan lain yang lebih besar gajinya. Mau jadi bagaimana negeri ini nantinya jika guru-gurunya saja seperti ini?
Maka perlu perbaikan kualitas guru untuk menghasilkan siswa-siswa yang benar-benar kompeten dan siap tanding. Seiring dengan program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yakni sertifikasi guru, diharapkan melahirkan guru yang berkualitas dan professional untuk kelahiran generasi muda yang cerdas. Bukan siswa yang hanya pandai tawuran saja tapi siswa yang mampu berprestasi untuk negeri.


Sriyanto
Guru MI Tarbiyatul Ulum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar